Minggu, 24 Februari 2008
Sabtu, 23 Februari 2008
Islam dan Positive Thingking
Islam memfasilitasi umat manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia denganberseri-seri. Inilah implementasi dari ajaran Islam yang memang dirancang untuk selalu memudahkan dan menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Untuk mewujudkan hidup yang sealu tersenyum, ringan dan tanpa bebantersebut; Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya:menjaga keseimbangan, selalu berbaik sangka (Khusnudzdzan), jugadengan berpikir positif. Namun karena keterbatasan ruang dan waktu,saya akan membatasi pembahasan kali ini hanya tentang khusnudzdzandan berpikir positif.Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: mengapa Islam sampaimenekankan pentingnya khusnudzdzan dan berpikir positif? Palingtidak, ada empat alasan yang bisa dikemukakan di sini.Pertama, kita harus khusnudzdzan dan berpikir positif karenaternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira. Contohterbaik mengenai hal ini ialah kisah
Nabi Khidhir dan Nabi MusaAlaihima As-Salam. Suatu kali, Allah Subhanahu wa Ta'alamemerintahkan Nabi Musa untuk menambah ilmu dari seseorang yangsedang berdiri di tepi pantai yang mempertemukan dua arus laut.Setelah mencari tempat yang dimaksud, di situ beliau menemukan NabiKhidhir, dan kemudian mengutarakan maksudnya. Nabi Khidhir maumenerima dengan satu syarat; Nabi Musa tidak boleh grasa-grusubertanya sampai Nabi Khidhir menjelaskan."Tapi aku yakin, kamu tidak akan bisa bersabar", tambah Nabi Khidhirlagi.
Namun karena Nabi Musa bersikeras, akhirnya dimulailahperjalanan beliau berdua berdasarkan syarat tadi. Ternyata benar!!Ketika dalam perjalanan itu Nabi Khidhir melakonkan hikmah demihikmah yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, taksekalipun Nabi Musa mampu bersabar untuk tidak grasa-grusumenafsirkan yang bukan-bukan. (Qs. Al-Kahfi: 60-82).Dalam kisah Qur'ani ini, poin penting yang dapat dipetik: kita harusselalu berbaik sangka dan berpikir positif terhadap orang lain.Karena, bisa jadi, orang lain tidaklah seburuk yang kita kira. Sebabkita hanya bisa melihat apa yang tampak, namun tidak tahu niat baikapa yang ada di hatinya…dan seterusnya.Kedua, berbaik sangka dan berpikir positif dapat mengubah suatukeburukan menjadi kebaikan. Kita dapat menemukan pembuktiannya dalamteladan Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, ketika seluruhkafilah-kafilah Arab berkumpul di Makkah pada tahun-tahun pertamaturunnya wahyu. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Rasulullahuntuk menyampaikan risalah Islam kepada semua kafilah itu.
Namun yang terjadi, mereka justru mencaci dan menyakiti Rasulullah, sertamelumuri wajah beliau dengan pasir.Saat itu, datanglah malaikat ke hadapan Rasulullah, "Wahai Muhammad,(dengan perlakuan mereka ini) sudah sepantasnya jika kamu berdoakepada Allah agar membinasakan mereka seperti doa Nuh –`Alaihi As-Salam—atas kaumnya." Rasulullah segera mengangkat tangan beliau.Tetapi yang terucap dalam doa beliau bukanlah doa kutukan, melainkanuntaian maaf dan harapan bagi orang-orang yang telahmenyakitinya, "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku.Sesungguhnya (mereka melakukan semua ini terhadapku) hanya karenamereka tidak tahu. Ya Allah, tolonglah aku agar mereka bisamenyambut ajakan untuk taat kepada-Mu." ("Al-Ahadits Al-Mukhtarah,karya Abu `Abdillah Al-Maqdasi, 10/14).Pilihan beliau ternyata tidak salah. Tak lama setelah peristiwatersebut, mereka yang pernah menyakiti beliau berangsur-angsurmemeluk Islam dan menjadi Sahabat yang paling setia. Ini sesuaidengan ajaran Al-Qur'an, "Tanggapilah (kejahatan itu) dengan carayang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dengan dia adapermusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat akrab." (Qs.Al-Fushilat: 34)Ketiga, berbaik sangka dan berpikir positif dapat menyelamatkan hatidan hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidakmenyimpan kebencian. Hati yang tenteram adalah hati yang tidakmemendam syakwasangka dan apriori terhadap orang lain. Dan hati yangberseri-seri hanyalah hati yang selalu berpikir positif bagi dirinyamaupun orang lain.Kebencian, berburuk sangka dan berpikir negatif hanya akan meracunihati kita. Sebab itulah, ketika Orang-orang Yahudi mengumpatRasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang sedang duduk santaibersama Aisyah Radhiyallahu `Anha, dan Aisyah terpancing denganbalas menyumpahi mereka; Rasulullah segera mengingatkanAisyah, "Kamu tidak perlu begitu, karena sesungguhnya Allah menyukaikesantunan dan kelemah-lembutan dalam segala hal." (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Ra.). Subhanallah!! Beliau yangseorang utusan Allah dan pemimpin masyarakat muslim, yang sebenarnyabisa dengan mudah membalas perlakuan Orang-orang Yahudi itu,ternyata memilih untuk tetap santun dan berpikir positif –agarmenjadi teladan bagi seluruh umat manusia.Senada dengan hadits di atas, ada ungkapan yang sangat menggugahdari seorang sufi: "Yang paling penting adalah bagaimana kita selalubaik kepada semua orang. Kalau kemudian ada orang yang tidak baikkepada kita, itu bukan urusan kita, tapi urusan orang itu denganAllah Subhanahu wa Ta'ala."Keempat, berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo,karena toh Allah Subhanahu wa Ta'ala seringkali menyiapkan rencana-rencana yang mengejutkan bagi hambaNya. Suatu saat, Umar binKhaththab Radhiyallahu `Anhu dirundung kegalauan yang menyesakkan.Salah seorang puteri beliau, Hafshah Radhiyallahu `Anha, baru sajamenjanda. Maka Umar datang menemui Abu Bakar Radhiyallahu `Anhumenawarinya agar mau menikahi Hafshah. Ternyata Abu Bakar menolak.Kemudian Umar menawari Utsman bin Affan Radhiyallahu `Anhu untukmenikahi Hafshah, namun Utsman pun menolaknya. (Shahih Al-Bukhari,4/1471. Versi penjelasnya juga dapat dibaca dalam Tafsir Al-Qurthubi, 13/271).Dalam kegalauan itu, Umar mengadu kepada RasulullahShallallahu `Alaihi wa Sallam tentang sikap kedua Sahabat tersebut.Maka Rasulullah menuntun Umar agar selalu berpikir positif sehinggabisa menjalani hidup dengan legowo. Rasulullah bahkanberdoa, "Semoga Allah akan menentukan pasangan bagi Hafshah, yangjauh lebih dari Utsman; serta menentukan pasangan bagi Utsman, yangjauh lebih baik dari Hafshah."Ternyata, tak lama setelah itu, Rasulllah menikahkan Utsman denganputeri beliau sendiri. Dan setelah itu, beliau pun menikahi Hafshah.Allahumma InnĂ® qad ballaghtu, fasyhad…!
Untuk mewujudkan hidup yang sealu tersenyum, ringan dan tanpa bebantersebut; Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya:menjaga keseimbangan, selalu berbaik sangka (Khusnudzdzan), jugadengan berpikir positif. Namun karena keterbatasan ruang dan waktu,saya akan membatasi pembahasan kali ini hanya tentang khusnudzdzandan berpikir positif.Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: mengapa Islam sampaimenekankan pentingnya khusnudzdzan dan berpikir positif? Palingtidak, ada empat alasan yang bisa dikemukakan di sini.Pertama, kita harus khusnudzdzan dan berpikir positif karenaternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira. Contohterbaik mengenai hal ini ialah kisah
Nabi Khidhir dan Nabi MusaAlaihima As-Salam. Suatu kali, Allah Subhanahu wa Ta'alamemerintahkan Nabi Musa untuk menambah ilmu dari seseorang yangsedang berdiri di tepi pantai yang mempertemukan dua arus laut.Setelah mencari tempat yang dimaksud, di situ beliau menemukan NabiKhidhir, dan kemudian mengutarakan maksudnya. Nabi Khidhir maumenerima dengan satu syarat; Nabi Musa tidak boleh grasa-grusubertanya sampai Nabi Khidhir menjelaskan."Tapi aku yakin, kamu tidak akan bisa bersabar", tambah Nabi Khidhirlagi.
Namun karena Nabi Musa bersikeras, akhirnya dimulailahperjalanan beliau berdua berdasarkan syarat tadi. Ternyata benar!!Ketika dalam perjalanan itu Nabi Khidhir melakonkan hikmah demihikmah yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, taksekalipun Nabi Musa mampu bersabar untuk tidak grasa-grusumenafsirkan yang bukan-bukan. (Qs. Al-Kahfi: 60-82).Dalam kisah Qur'ani ini, poin penting yang dapat dipetik: kita harusselalu berbaik sangka dan berpikir positif terhadap orang lain.Karena, bisa jadi, orang lain tidaklah seburuk yang kita kira. Sebabkita hanya bisa melihat apa yang tampak, namun tidak tahu niat baikapa yang ada di hatinya…dan seterusnya.Kedua, berbaik sangka dan berpikir positif dapat mengubah suatukeburukan menjadi kebaikan. Kita dapat menemukan pembuktiannya dalamteladan Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, ketika seluruhkafilah-kafilah Arab berkumpul di Makkah pada tahun-tahun pertamaturunnya wahyu. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Rasulullahuntuk menyampaikan risalah Islam kepada semua kafilah itu.
Namun yang terjadi, mereka justru mencaci dan menyakiti Rasulullah, sertamelumuri wajah beliau dengan pasir.Saat itu, datanglah malaikat ke hadapan Rasulullah, "Wahai Muhammad,(dengan perlakuan mereka ini) sudah sepantasnya jika kamu berdoakepada Allah agar membinasakan mereka seperti doa Nuh –`Alaihi As-Salam—atas kaumnya." Rasulullah segera mengangkat tangan beliau.Tetapi yang terucap dalam doa beliau bukanlah doa kutukan, melainkanuntaian maaf dan harapan bagi orang-orang yang telahmenyakitinya, "Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku.Sesungguhnya (mereka melakukan semua ini terhadapku) hanya karenamereka tidak tahu. Ya Allah, tolonglah aku agar mereka bisamenyambut ajakan untuk taat kepada-Mu." ("Al-Ahadits Al-Mukhtarah,karya Abu `Abdillah Al-Maqdasi, 10/14).Pilihan beliau ternyata tidak salah. Tak lama setelah peristiwatersebut, mereka yang pernah menyakiti beliau berangsur-angsurmemeluk Islam dan menjadi Sahabat yang paling setia. Ini sesuaidengan ajaran Al-Qur'an, "Tanggapilah (kejahatan itu) dengan carayang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dengan dia adapermusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat akrab." (Qs.Al-Fushilat: 34)Ketiga, berbaik sangka dan berpikir positif dapat menyelamatkan hatidan hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidakmenyimpan kebencian. Hati yang tenteram adalah hati yang tidakmemendam syakwasangka dan apriori terhadap orang lain. Dan hati yangberseri-seri hanyalah hati yang selalu berpikir positif bagi dirinyamaupun orang lain.Kebencian, berburuk sangka dan berpikir negatif hanya akan meracunihati kita. Sebab itulah, ketika Orang-orang Yahudi mengumpatRasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang sedang duduk santaibersama Aisyah Radhiyallahu `Anha, dan Aisyah terpancing denganbalas menyumpahi mereka; Rasulullah segera mengingatkanAisyah, "Kamu tidak perlu begitu, karena sesungguhnya Allah menyukaikesantunan dan kelemah-lembutan dalam segala hal." (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Ra.). Subhanallah!! Beliau yangseorang utusan Allah dan pemimpin masyarakat muslim, yang sebenarnyabisa dengan mudah membalas perlakuan Orang-orang Yahudi itu,ternyata memilih untuk tetap santun dan berpikir positif –agarmenjadi teladan bagi seluruh umat manusia.Senada dengan hadits di atas, ada ungkapan yang sangat menggugahdari seorang sufi: "Yang paling penting adalah bagaimana kita selalubaik kepada semua orang. Kalau kemudian ada orang yang tidak baikkepada kita, itu bukan urusan kita, tapi urusan orang itu denganAllah Subhanahu wa Ta'ala."Keempat, berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo,karena toh Allah Subhanahu wa Ta'ala seringkali menyiapkan rencana-rencana yang mengejutkan bagi hambaNya. Suatu saat, Umar binKhaththab Radhiyallahu `Anhu dirundung kegalauan yang menyesakkan.Salah seorang puteri beliau, Hafshah Radhiyallahu `Anha, baru sajamenjanda. Maka Umar datang menemui Abu Bakar Radhiyallahu `Anhumenawarinya agar mau menikahi Hafshah. Ternyata Abu Bakar menolak.Kemudian Umar menawari Utsman bin Affan Radhiyallahu `Anhu untukmenikahi Hafshah, namun Utsman pun menolaknya. (Shahih Al-Bukhari,4/1471. Versi penjelasnya juga dapat dibaca dalam Tafsir Al-Qurthubi, 13/271).Dalam kegalauan itu, Umar mengadu kepada RasulullahShallallahu `Alaihi wa Sallam tentang sikap kedua Sahabat tersebut.Maka Rasulullah menuntun Umar agar selalu berpikir positif sehinggabisa menjalani hidup dengan legowo. Rasulullah bahkanberdoa, "Semoga Allah akan menentukan pasangan bagi Hafshah, yangjauh lebih dari Utsman; serta menentukan pasangan bagi Utsman, yangjauh lebih baik dari Hafshah."Ternyata, tak lama setelah itu, Rasulllah menikahkan Utsman denganputeri beliau sendiri. Dan setelah itu, beliau pun menikahi Hafshah.Allahumma InnĂ® qad ballaghtu, fasyhad…!
Langganan:
Postingan (Atom)